SAKIT BOLEH PUASA ASAL…
SAKIT BOLEH PUASA ASAL…
Selain berpahala, ibadah puasa ternyata juga bisa menyehatkan. Bagaimana jika dalam kondisi sakit? Memang ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan berpuasa, namun rambu-rambunya agar kondisi badan tetap fit selama beribadah.
“Secara medis, memang ada beberapa kondisi sakit berpuasa. Misalnya, seseorang dengan diabetes yang gula darahnya terkontrol buruk, memiliki komplikasi berat/serius, serta menjalani multiple injeksi insulin dosis besar,” papar dr. Meirawan Zam’a Natsir dari Rumah Sakit Pertamedika Sentul City, Bogor. Kenapa tak boleh? Pasalnya bila memaksakan diri, resiko komplikasi yang lebih serius akan mengancam. Misalnya, mengalami hipoglikemi lataran gula darah merosot tajam selama tak makan karena berpuasa. Apabila pada seseorang dengan diabetes yang memiliki komplekasi ginjal, menjalankan puasa juga bisa menyebabkan dehidrasi. Ujung-ujungnya terjadi kelainan ginjal yang lebih serius.
Selain kasus diabetes seperti diatas, gangguan kesehatan lain yang disarankan untuk tidak berpuasa diantaranya radang tenggorokan berat, deman tinggi, diare akut, mual muntah, migrain/vertigo, asma akut, jantung, penyakit paru kronis, mag dengan muntah dan nyeri hebat, pasien kanker, gangguan hati kronis lanjut, gagal ginjal kronis, pasien cuci darah. Jika seseorang dengan kondisi seperti itu memaksakan diri berpuasa, tentu berdampak buruk bagi kondisi sakitnya dan masa penyembuhan jadi terhambat.
Dapat berpuasa bila beberapa kondisi sakit, terutama yang disebabkan oleh virus masih dapat atau diperbolehkan berpuasa, “ Pasalnya, penyakit yang diakibatkan virus umumnya dapat sembuh dengan sendirinya seiring daya tahan tubuh meningkat. Disisi lain, berpuasa juga sebetulnya memiliki manfaat kesehatan, sehingga justru dengan berpuasa orang yang sakit ini dapat lebih cepat sembuh.” Bagaimana dengan penyakit lain yang bukan dikarenakan virus dan tidak tergolong ringan, katakanlah misalnya maag, hipertensi, bahkan jantung? “Nah, secara medis, pada kondisi tertentu, orang dengan penyakit tertentu ternyata tetap dapat berpuasa, asal diketahui kunci, yaitu mengatur menu atau asupan makanannya”.
Seseorang dengan penyakit maag (dyspepsia) bila berpuasa sebenarnya bisa mengalami peningkatan asam lambung sehingga menimbulkan gejala maag. Akan tetapi, kondisi itu umumnya terjadi pada tujuh hari pertama berpuasa. Kondisi peningkatan asam lambung tersebut dapat ditangani bila yang bersangkutan memilih makanan yang tepat ketika sahur maupun berbuka. Secara konkret, untuk orang dengan sakit mag sebaiknya menghindari menu berlemak, asam, pedas, minuman bersoda, atau kopi.
Seseorang yang mengalami diabetes dalam kondisi terkontrol/berisiko ringan dapat berpuasa. Yaitu, seseorang yang gula darahnya terkontrol baik, tak mengalami komplikasi, serta tak mengonsumsi obat-obatan yang berisiko menimbulkan penurunan kadar glukosa dalam darah. Yang penting selama berpuasa tetap kontrol kadar gula lebih sering dari pada biasanya. Misalnya, periksa gula darah sebelum berbuka, sebelum tidur atau sebelum sahur,” pesan Meirawan. Kemudian sebaiknya sahur dilakukan mendekati imsak. Jaga asupan makanan, misalnya pada berbuka dan sahur perbanyak mengonsumsi makanan berserat tinggi. Makanlah dalam jumlah kecil. Hindari makanan/minuman terlalu manis, banyak lemak, santan atau berkafein. Kenapa? Karena hidangan yang manis menyababkan gula darah akan naik dengan melesat. “Sebaiknya batalkan puasa bila diketahui gula darah naik menjadi 300mg/dl atau lebih. Yang jelas, bila penderita dapat mengelola diabetes dengan baik, ia dapat berpuasa secara normal.”
Hipertensi bagaimana dengan seseorang dengan hipertensi? Tak sedikit yang merasa ragu untuk berpuasa. Akan tetapi, sejauh hipertensi itu tidak kronis, penderita bisa berpuasa secara aman,” Syaratnya, pastikan tekanan darah terkontrol baik dan minum obat secara teratur pada saat sahur dan berbuka. Selain itu, upayakan untuk tak banyak menyantap makanan yang mengandung garam dan lemak.” Jadi walaupun seseorang sedang mengalami sakit, bahkan gangguan kesehatan yang sebenarnya cukup berisiko, akan tetapi ia tetap dapat berpuasa sejauh penyakitnya terkontrol baik. Lantaran itu, pastikan untuk selalu melakukan kontrol teratur dengan dokter.
Sesungguhnya, puasa itu merupakan anjuran agama yang sangat bermanfat terutama bagi kesehatan jasmani dan rohani. Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan seperti obesitas, seperti penyakit degeneratif (kolesterol, trigliserid yang tinggi, jantung koroner, dsb). Riset The Ramadan fasting decreased body fat but not protein mass in healthy individuals yang dilakukan RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013 di saat bulan Ramadan membuktikan, selama berpuasa terjadi penurunan berat badan dan perubahan komposisi tubuh kecuali massa protein tubuh. Begitu pula pada rasio pinggang dan pinggul terjadi penurunan. Penelitian itu juga menyebutkan asupan kalori tak berubah pada hari pertama dan hari terakhir puasa. Akan tetapi, aktivitas yang berhubungan dengan ibadah menjadi meningkat. Misalnya, jumlah salat sunat dan salat Tarawah jadi meningkat. Artinya, selama Ramadan terjadi peningkatan pengeluaran energi. Disebutkan pula, tejadi penurunan lemak tubuh meski asupan makanan tetap sama. Selama puasa asupan makanan sebenarnya bisa dikurangi dan tentu ini akan berdampak baik untuk kesehatan. Riset lain menunjukkan, berpuasa dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Seperti dikatakan hasil riset Intermountain Health Care, Salt Lake City, Amerika Serikat. Hasilnya mereka yang berpuasa berisiko 58 persen lebih rendah terkena penyumbatan pembuluh darah jantung. Sekitar 75 persen terjadi kemungkinan penyempitan pembuluh darah pada orang yang tak pernah puasa tersebut, terkena penyumbatan arteri yang diakibatkan oleh banyaknya frekuensi makan.
Riset American College of Cardiology menyebutkan, puasa juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengurangi konsumsi kalori dan membuat konsumsi oksigen menurun akibat laju metabolisme ikut menurun. Inilah yang mengakibatkan suhu tubuh orang yang sedang berpuasa juga menurun sehingga mengurangi produksi radikal bebas yang normalnya memang hanya sedikit terbentuk dalam tubuh. Pengurangan kalori dalam puasa juga meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat mengontrol kadar gula darah. Ini akan mengurangi risiko diabetes melitus pada orang sehat.